atasehirbelediyesisporkulubu.com – Para petani kelapa sawit di Kepulauan Bangka Belitung kini hidup dalam ketakutan. Maraknya aksi pencurian buah sawit membuat mereka resah, terutama karena pelaku tidak segan-segan menggunakan mobil pikap untuk mengangkut buah langsung dari batang pohon. Dampak dari aksi kriminal ini bukan hanya kehilangan hasil panen, tetapi juga mengganggu pendapatan harian dan stabilitas usaha perkebunan rakyat maupun perusahaan.
Read More : Rumah Adat Bangka Belitung
Pencurian di Perkebunan PT BPL Sinar Mas Berhasil Digagalkan
Kabar baik datang dari perkebunan PT BPL Sinar Mas, Desa Dendang, Bangka Barat, di mana aksi pencurian berhasil digagalkan. Kapolres Bangka Barat, AKBP Pradana Aditya Nugraha, menjelaskan bahwa pelaku berinisial A, seorang pria berusia 38 tahun warga Sinar Sari Utara, Kecamatan Kelapa, ditangkap setelah ketahuan membawa 62 janjang tandan buah sawit dengan berat total 1.140 kilogram, bernilai sekitar Rp 3,6 juta.
Penangkapan Pelaku dan Barang Bukti
Aksi pencurian ini terjadi pada Minggu, 31 Agustus 2025, sekitar pukul 13.00 WIB di Blok H33/35 PT BPL. Pelaku menggunakan alat panen berupa dodos, namun berhasil dipergoki oleh petugas keamanan perusahaan. Selanjutnya, pelaku langsung diamankan di lokasi dan dibawa ke Polsek Kelapa bersama barang bukti, termasuk 62 janjang tandan buah sawit dan satu alat panen dodos.
Baca juga: Pulau Pasir Belitung Jadi Magnet Baru Untuk Fotografer Drone
Proses Hukum dan Penahanan
Setelah gelar perkara pada 5 September 2025, pelaku resmi ditetapkan sebagai tersangka. Kapolres Pradana menegaskan, penahanan dilakukan di Mako Polsek Kelapa. Ia juga menambahkan bahwa kepolisian berkomitmen menindak tegas pencurian buah sawit yang merugikan petani maupun perusahaan.
Ancaman Bagi Petani dan Upaya Pencegahan
Pihak perusahaan menghimbau para petani untuk meningkatkan keamanan di kebun, seperti pemasangan kamera pengawas dan koordinasi dengan pihak keamanan setempat. Maraknya pencurian buah sawit bukan hanya mengancam pendapatan, tetapi juga berpotensi menimbulkan konflik sosial di tingkat desa. Oleh karena itu, kolaborasi antara petani, perusahaan, dan aparat kepolisian menjadi kunci utama dalam menekan praktik kriminal ini.